Dikisahkan, suatu hari Rasulullah berkunjung dan melaksanakan shalat di kawasan Tha’if. Ketika orang-orang tak beriman mengetahuinya serta merta mereka melempari Rasulullah yang sedang bersujud.
Mereka melempari Rasul dengan bebatuan dan kotoran onta sembari melontarkan caci-maki.
Tiba-tiba malaikat Jibril datang untuk menawarkan pembelaan dengan cara akan menjatuhkan batu-batu dari gunung kepada kelompok yang telah menyakiti Rasulullah tadi.
Seketika itu pula Rasulullah mencegah Jibril untuk tidak meneruskan niatnya, lalu Rasul pun berdoa: “Ya Allah, ampunilah dan berikanlah petunjuk kepada kaumku ini, karena mereka belum mengetahui (hakikat kebenaran)”.
Kisah lainnya. Pada satu masa dalam satu peperangan, Nabi Muhammad berteduh di bawah sepohon kayu berlepas lelah, tiba-tiba datang seorang musuh bernama Du’tsur dengan pedang terhunus sambil berkata, “Siapakah yang bisa melepaskanmu dari pedang ini?”
Nabi menjawab, “Allah!”
Ketika itu terlepas pedang tadi dari tangan Du’tsur, lalu diambil oleh Nabi Muhammad sambil bertanya, “Siapakah pula yang akan dapat melepaskanmu dari pedang ini?”
Du’tsur menjawab, “Tidak siapa-siapa”
Maka Rasulullah memaafkannya dan waktu itu juga Du’tsur bersyahadat dan mengajak kaumnya memeluk agama Islam.
Dalam kisah di atas Rasulullah begitu mulia. Beliau sangat pemaaf, sekalipun kepada orang yang berusaha menyakiti dan mencelakannya. Inilah wajah keberagamaan yang santun, arif, pemaaf, dan lapang dada. Teladan ini patut menjadi cermin bagi kita di saat banyak manusia telah kehilangan nilai-nilai kesantunan dan kearifan.
0 komentar:
Posting Komentar