Rabu, 19 Desember 2012

Islam dan Yahudi


Oleh:
Faisal Wibowo

I. ISLAM DAN YAHUDI 
A. Islam 
Nabi Muhammad. adalah Nabi dan Rasul terakhir yang diutus Allah Swt. untuk menyempurnakan ajaran-ajaran para Nabi sebelumnya. Islam merupakan agama yang memberikan petunjuk yang sempurna dalam semua aspek dan kondisi kehidupan umat beragama, baik dalam kehidupan individual maupun kehidupan sosial. Misalnya, status wanita dalam Islam; seorang wanita mempunyai hak yang sama dengan laki-laki walaupun ada perbedaannya dalam kewajibannya. 

Esensi ajaran agama Islam sangat indah kalau diamalkan, misalnya penghapusan perbudakan, karena pada zaman jahiliyah banyak sekali perbudakan, tapi dengan diutusnya Nabi Muhammad Saw. dengan ajaran barunya maka dibebaskanlah perbudakan. Kejujuran dan pengembangan karakter, keadilan yang merata terutama di bidang politik, ekonomi dan perdata, kebebasan beragama, persaudaraan yang universal tanpa memandang ras dan suku bangsa merupakan beberapa hal yang menjadikan Islam itu sebagai agama yang penuh rahmat. Islam berarti takluk, yaitu takluk pada kemauan Allah Swt. Seorang muslim ialah orang yang patuh pada perintah Allah Swt. tanda yang ciri dari agama ini ialah komitmennya mengenai kepatuhan. Tuntutan ini telah dapat menghidupkan rasa kesetiaan yang kokoh dan penyerahan diri yang mutlak dalam hati penganut-penganut agama Islam. 

Dengan demikian dapatlah diterangkan, bahwa Islam telah menjadi agama dunia dan sampai sekarang masih kuat pengaruhnya atas sejumlah besar bangsa-bangsa di dunia. Selintas Perkembangan Agama Islam Sejarah pertumbuhan dan perkembangan agama Islam dapat dibagi dalam empat periode, yaitu: 

1. Periode Masa Permulaan: 
- Zaman Rasulullah Saw.
- Masa Khulafa al-Rasyidin 

2. Periode Pertumbuhan dan Perkembangan: 
- Masa Daulah/Dinasti Umayyah 
- Masa Daulah/Dinasti Abbasiyyah 
- Puncak kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan 
- Periode Islam tersebar ke berbagai dunia 

3. Periode Masa Kesultanan: 
- Kesultanan Shafawi 
- Kesultanan Mongol 
- Kesultanan Usmani atau Fatimiyyah 
- Daulah-daulah kesultanan Islam lainnya. 

Sumber Pokok Ajaran Islam 
Di dalam agama Islam kita mengenal dua macam sumber utama ajaran Islam ini, yaitu sumber primer (Al-Qur’an dan Al-Sunnah), dan sumber sekunder dan dinamis (Ijtihad, Ijma’, dan Qiyash atau Qaul al-‘Ulama), dengan penjelasan dan penjabaran ulama tentang masalah hukum ibadah yang tidak dengan tegas dirincikan dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah. 

Keimanan dan Rukun Iman 
Pokok-pokok keimanan dalam Islam banyak ditampilkan oleh sejumlah ayat dalam Al-Qur’an, di antaranya dalam surat Al-Baqarah ayat 62, 177 dan 285. Disamping surat tersebut terdapat juga dalam surat yang lain sebagai dasar ajaran Islam disebutkan terdiri atas lima pokok keimanan, yaitu: Iman kepada Allah Swt, Iman kepada Rasulullah, Iman kepada kitab-kitab suci, Iman kepada para malaikat dan yang terakhir Iman kepada hari akhirat. 

Lima Pilar Utama Rukun Islam 
Manifestasi formal dari iman dalam ajaran Islam yang merupakan lima tiang utama adalah syahadat, salat, zakat, puasa, dan ibadah haji. Apabila kita bandingkan bahwa iman itu sebagai roh atau jiwa agama, maka kelima sendi-sendi Islam itu adalah tubuh jasmaninya. Ini berarti bahwa Iman dan Islam itu adalah wujud agama yang utuh dan konkrit. Namun kualitas keimanan dan keislaman masih ditentukan oleh aspek seseorang itu sendiri, yakni Ihsan dan beramal shaleh. 

B. Yahudi Asal-usul Agama Yahudi 
Pendiri agama ini pertama-tama adalah Nabi Musa as. putra Imran pada sekitar abad ke-13 SM yang membebaskan orang Yahudi dari perbudakan orang Mesir dan telah mengadakan perjanjian antara Bani Israel dengan Yehova di Gunung Sinai. 

Konsep ketuhanan agama ini adalah monoteisme, dan mereka hanya percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Yahudi adalah nama suatu bangsa yang lazim disebut Israel atau Ibrani (Hebrew). Ada pendapat lain mengatakan bahwa bangsa Ibrani berasal dari keluarga Nabi Ibrahim as, karena tempat kediaman mereka di tepi sungai. Boleh jadi sungai yang dimaksudkan itu ialah sungai Euphrat atau boleh jadi sungai Jordan. Kata Yahudi berasal dari kata hada (bahasa Ibrani) yang berarti “tobat atau kembali”. Musa pernah mengatakan “inn hudn ilaika”, artinya kami tunduk dan tobat kepada-Mu. 

Kata Yahudi juga dinisbahkan kepada Yahuda, salah seorang dari dua belas orang anak Ya’qub ibn Ishak ibn Ibrahim seperti disebutkan dalam Perjanjian Lama. Bangsa Israel atau yahudi dalam Al-Qur’an disebut Bani Isra’il, artinya keturunan Isra’il. Isra’il ialah nama atau gelar bagi Nabi Ya’kub yang artinya “Pejuang untuk Tuhan” atau yang taat berbakti kepada Allah Swt. Nabi Ya’kub mempunyai putra dua belas orang, yaitu: Rubin, Simeon, Lewi, Yahuda, Zebulon, Ishakhar, Dan, Gad, Asyer, Naftali, Yusuf dan Benyamin. Dari dua belas orang inilah yang menjadi asal dua belas suku dari bangsa Isra’il yang sekarang. Pada zaman Nabi Yusuf, mereka pindah ke Mesir negeri Egypte. Dari keturunan Nabi Ya’kub yang dua belas orang itulah mereka dikenal di Mesir dengan sebutan Bani Isra’il. Yahudi nama yang dipakai kemudian, adalah sebutan yang dinasabkan kepada Yahuda salah seorang anak Nabi Ya’kub. Sejarah bangsa yahudi itu mulai dari Nabi Ya’kub, tapi karena bangsa Yahudi sangat erat hubungannya dengan bangsa-bangsa di Timur Tengah lainnya seperti bangsa Arab, Armenia, dan lain-lain, maka orang mempelajari bangsa Yahudi mulai dari Nabi Ibrahim ayah Nabi Isma’il dan Ishaq. Nabi Isma’il merupakan nenek moyang bangsa Arab. Dan Nabi Ishaq ayah Nabi Ya’kub adalah nenek moyang bangsa Yahudi. Bangsa Isra’il mula-mula berdiam di Mesopotamia (Irak), kemudian pindah ke Kan’an (Palestina) dipimpin oleh Nabi Ibrahim kira-kira pada tahun 2000 SM. 

Tentang perpindahan Nabi Ibrahim ke Palestina (Kan’an) itu terdapat persesuaian antara perjanjian lama dengan Al-Qur’an, yaitu bahwa kepindahan Nabi Ibrahim atas perintah Tuhan. Pokok-pokok Ajaran Agama Yahudi Mengenai pokok-pokok ajaran agama Yahudi sebagaimana tersimpul dalam kitab Taurat yang terkenal dengan “Ten Commandements”, sepuluh hukum perintah atau undang-undang sepuluh wasiat. Dalam kitab keluaran pasal 20 ayat 1-17 berbunyi secara ringkas sebagai berikut: “Akulah Yahovah Tuhan Allah-mu yang telah menyelamatkan kamu sekalian dari perhambaan Fir’aun di tanah Mesir.” 

Adapun “Ten Commandements” itu ialah sebagai berikut: 
1. Jangan engkau menyembah Tuhan yang lain daripada-Ku. 
2. Janganlah engkau membuat dan menganggap arca dan segala macam bentuk barang yang ada di langit dan di bumi, dan yang ada di dalam air di bawah bumi, janganlah engkau menundukkan dirimu, sujud dan berbakti kepada semua benda itu. 
3. Janganlah engkau menyebutkan nama Tuhan dengan sia-sia. 
4. Ingatlah engkau akan hari Sabat (hari penghentian semua harkat). Hendaklah engkau hormati dan sucikan hari itu. 
5. Berilah hormat akan bapakmu dan ibumu supaya dilanjutkan umurmu dalam negeri yang dianugerahkan Tuhan-mu. 
6. Janganlah engkau membunuh orang. 
7. Janganlah engkau berbuat zina. 
8. Janganlah engkau mencuri. 
9. Janganlah engkau menjadi saksi dusta terhadap sesamamu. 
10. Janganlah engkau mempunyai keinginan untuk menguasai dan merampas dan hak-hak milik orang lain.

Wadah tempat untuk tempat mereka berkumpul dan beribadah yang dianggap suci dinamakan Kanisah (Sinagogue), Tempel atau Gereja. Tempat suci yang tertinggi bagi umat Yahudi sejak zaman purbakala adalah Kanisah Yerussalem. Kanisah ini pertama kali dibangun oleh Nabi Sulaiman (960 SM). Sesudah didirikan selama 400 tahun Kanisah itu terbakar habis. Kanisah ini adalah Kanisah yang pertama-tama dalam agama Yahudi. Kanisah yang kedua dibangun oleh Raja Darius (515 SM) kemudian Kanisah ini dirusak oleh musuh-musuh orang Yahudi. Raja Herodes yang agung membangun kembali Kanisah ketiga dan kemudian dibakar kembali oleh tentara Romawi yang dipimpin oleh Titus dalam penyerbuannya ke Yerussalem sekitar tahun 70 M, karena orang-orang Yahudi berontak kepada kerajaan Romawi. 

Sejak tahun 70 M, Kanisah tertinggi Yahudi di Yerussalem tamat riwayatnya sebagai pusat kegiatan keagamaan Bani Isra’il. Sejak waktu itulah agama Yahudi dengan Bani Isra’il tersebar dan terpencar luas ke negara-negara lain. Mereka sekarang terpencar di seluruh dunia, yang terbanyak mereka berada di Amerika Serikat, Eropa, dan Uni Soviet bagian utara. Kitab Suci Agama Yahudi Para penganut ajaran agama Yahudi mempunyai kepercayaan bahwa kitab suci mereka disebut Taurat dan Talmud yang kemudian diberi nama oleh orang-orang Nasrani “The Old Testament” atau yang umum disebut “Kitab Perjanjian Lama” merupakan wahyu Ilahi. 

Kitab perjanjian lama adalah kumpulan dari 39 macam kitab-kitab Nabi Bani Isra’il sebelum zaman Nabi Isa as. Kitab sebanyak itu tentu saja tidak sekaligus ada, melainkan melalui beberapa masa yang telah melewati puluhan abad lamanya. Sebagai pegangan dapat dikatakan bahwa kitab-kitab itu ada sejak zaman Nabi Musa as. (1570-1450 SM) sampai kira-kira sampai 230 SM. Beberapa orang Yahudi tidak menamakan kitab suci mereka dengan kitab Perjanjian Lama. 

Menurut ulama-ulama Yahudi bahwa kumpulan kitab-kitab sebanyak 79 macam kitab itu dibagi atas tiga bagian, yaitu: 
1. Taurat, yaitu kitab undang-undang atau hukum. 
Kitab ini juga disebut Kanon yang terdiri dari: 
a. Kitab Kejadian (Conesia) berisi 50 pasal. 
b. Kitab Keluaran (Exodus) berisi 40 pasal. 
c. Kitab Imamat (Leviticus) berisi 27 pasal. 
d. Kitab Bilangan (Numeri) berisi 36 pasal. 
e. Kitab Ulangan (Deuterononium) berisi 34 pasal. 

Kelima kitab tersebut adalah pokok isi kitab Perjanjian Lama (Taurat) yang popular dikalangan mereka. 

2. Nabiyyin, yaitu kitab para Nabi, yang termuat dalam kelompok ini ada 21 kitab, seperti: 
1. Yusak, 
2. Hakim-Hakim, 
3. Samuel I, 
4. Samuel II, 
5. Raja-Raja, 
6. Yesaya, 
7. Yerinia, 
8. Yahazkiel, 
9. Danil, 
10. Hosea, 
11. Yul, 
12. Amos, 
13. Aboya, 
14. Yunus, 
15. Milha, 
16. Nakhum, 
17. Habakuk, 
18. Zafania, 
19. Hajay, 
20. Zakaria, dan 
21. Maleakhi. 

3. Kutubian, yaitu kumpulan kitab-kitab yang dikelompokkan dalam Kutubian ini ada 13 kitab, yaitu: 
1. Luth, 
2. Ester, 
3. Aiyub, 
4. Zabur (Mazmur), 
5. Amsal Sulaiman, 
6. Alkhotib, 
7. Syirulasyar, 
8. Nudup Yeremia, 
9. Tawarikh I, 
10. Tawarikh II, 
11. Ezra, 
12. Nehemia, 
13. Kitab Nabi Danil. 

Bahasa-bahasa asli kitab itu adalah bahasa Ibrani (Hebrew), hanya ada beberapa kitab yang memaki bahasa Aramaic (semacam bahasa Arab kuno). Kitab Talmud ada dua macam, yaitu: 
1. Talmud Yeruzalmi, kitab Talmud yang penutupnya dilakukan di Palestina kira-kira pada permulaan abad V Masehi. 
2. Talmud Babli, kitab Talmud yang penutupnya dilakukan di Babilonia sekitar abad VI Masehi. 

Mazhab dan Golongan-golongan Agama Yahudi 
1. Mazhab Faris, yaitu mazhab yang menafsirkan kitab Taurat dengan menggunakan metode filsafat yang disesuaikan dengan akal dan rasio. 
2. Mazhab Sadudi, yaitu mazhab yang mengamalkan ayat-ayat Taurat yang Bayyina (terang) tanpa menafsirkan secara filosof. Mereka melaksanakan ajaran agama yang jelas tersebut dalam Taurat. Kebanyakan mereka adalah para imam dan para ulama. Mereka menganggap dirinya lebih tahu dari mazhab-mazhab lain. 
3. Mazhab Syalha, yaitu mazhab yang sangat berhati-hati dan konservatif dalam menafsirkan Taurat. Artinya mereka sangat mementingkan jiwa ibadah dan pelaksanaan ibadahnya agar terhindar dari hal-hal khilafiyah. 

Adapun golongan-golongannya yaitu: 
1. Golongan Rabbani, yaitu golongan yang hanya mempercayai kitab Talmud. 
2. Golongan Al-Qurra, yaitu golongan yang hanya mempercayai kitab Taurat saja dan mengakui kitab Talmud. 
3. Golongan Sanurah, golongan yang mempunyai dan mempercayai bahwa kitab Taurat mereka asli dari Nabi Musa as. 

Ciri-ciri Khas Bangsa Yahudi 
Mereka amat fanatik kepada agamanya dan amat kuat mempertahankan bahasa Ibrani (Hebrew). Untuk membina dan memelihara bahasa tersebut mereka dirikan universitas dengan mempergunakan bahasa pengantar Ibrani atau sekurang-kurangnya ada jurusan Hebrew pada universitas itu. Dalam kehidupan sehari-hari mereka sangat ulet dalam berbagai macam-macam bidang usaha, umumnya mereka berhasil terutama dalam bidang ekonomi. Dalam dunia ilmu pengetahuan banyak menciptakan penemuan-penemuan ilmiah. Mereka adalah pecinta ilmu pengetahuan. 

II. INTERAKSI ANTARA ISLAM DAN YAHUDI 
Apabila kita berbicara tentang agama atau bangsa Yahudi, maka tidak akan terlepas dari agama atau bangsa Nasrani. Kedua masyarakat komunitas ini dan beberapa kelompok lainnya sering disebut secara bersamaan dalam Al-Qur’an dengan istilah ahl al-kitab. Ahli Kitab merupakan salah satu tema pokok yang diungkapkan Al-Qur’an, yang disebut sebanyak tiga puluh satu kali dalam berbagai ayat dan surat. Ahli Kitab adalah salah satu segi ajaran Islam yang sangat khas. Yaitu, konsep yang memberi pengakuan tertentu kepada penganut agama lain yang memiliki kitab suci. (Nurcholish Madjid, 1995: 69). 

Pengakuan ini bukan berarti bahwa semua agama adalah sama –suatu hal yang mustahil, mengingat kenyataannya agama yang ada adalah berbeda-beda dalam banyak hal yang prinsipil, tetapi memberikan pengakuan sebatas hak masing-masing untuk berada dengan kebebasan beragama, sesuai dengan doktrin Islam bahwa tidak ada paksaan dalam beragama. Al-Yahuud (Yahudi) merupakan kata yang banyak disebut dalam Al-Qur’an. Secara umum, kitab suci Islam ini menggunakan kata Al-Yahuud sebanyak delapan belas kali, dengan maksud sebagai kecaman atau gambaran negatif tentang mereka. 

Hal ini tampak jelas dalam beberapa ayat Allah yang menegaskan ketidakrelaan orang-orang Yahudi dan Nasrani terhadap kaum muslim sebelum mengikuti jejak mereka (QS. Al-Baqarah, 2: 120): “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)". dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu”. 

Atau pengakuan mereka, bahwa orang Yahudi dan Nasrani adalah putra-putra dan kekasih Allah Swt. (QS, Al-Ma’idah, 5: 18): “ Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan: "Kami Ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya". Katakanlah: "Maka Mengapa Allah menyiksa kamu Karena dosa-dosamu?" (kamu bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi kamu adalah manusia(biasa) diantara orang-orang yang diciptakan-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya. dan kepunyaan Allah-lah kerajaan antara keduanya. dan kepada Allah-lah kembali (segala sesuatu).” 

Atau Pernyataan orang Yahudi bahwa “tangan Allah terbelenggu (kikir). (QS. Al-Ma’idah, 5: 64): “Orang-orang Yahudi berkata: "Tangan Allah terbelenggu", Sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dila'nat disebabkan apa yang Telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; dia menafkahkan sebagaimana dia kehendaki. dan Al Quran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan di antara mereka. dan kami Telah timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat. setiap mereka menyalakan api peperangan Allah memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan dimuka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan.” 

Atau adanya kebencian orang Yahudi terhadap kaum Muslim (QS. Al-Ma’idah, 5: 82): “Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. dan Sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami Ini orang Nasrani". yang demikian itu disebabkan Karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) Karena Sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri.” 

Selain sebagai komunitas, istilah Yahudi dan Nasrani sering diidentikkan sebagai agama yang tentu saja memiliki rujukan kepada kitab suci. Kedua komunitas agama ini memiliki kitab suci yang jelas dan berbeda: Taurat sebagai kitab suci Yahudi dan Injil sebagai kitab suci Nasrani. 

Dalam pandangan kaum muslim, agama yang dianut kaum Yahudi dan Nasrani dianggap sebagai pendahulu agama mereka. Dan bahkan, kehadiran agama Islam bagi kaum muslim sebagai kelanjutan, pembetulan, dan penyempurnaan bagi agama mereka. Hal ini dipertegas Firman Allah Swt yang menyebutkan, bahwa Al-Qur’an datang untuk memberikan pembenaran dan sekaligus melakukan koreksi terhadap sebagian ajaran kaum Yahudi dan Nasrani.
QS. Ali Imran (3) ayat 3: “Dia menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepadamu dengan Sebenarnya; membenarkan Kitab yang Telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil.” 
QS. Al-Ma’idah (5) ayat 48: “Dan kami Telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang Telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang. sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang Telah kamu perselisihkan itu.” 
QS Al-An’am, (6) ayat 92:  “ Dan Ini (Al Quran) adalah Kitab yang Telah kami turunkan yang diberkahi; membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. orang-orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al Quran) dan mereka selalu memelihara sembahyangnya.” 

Al-Qur’an juga menjelaskan, Nabi Isa sebagai Nabi dan rasul-Nya, serta pembawa kaum Nasrani pernah mengajak kaum Yahudi untuk mengikuti ajaran-ajaran yang terkandung dalam Injil. Sebab mereka yakin bahwa ajaran-ajaran dalam Injil merupakan kelanjutan dari ajaran Taurat yang dibawa Nabi Musa as. 

Kaum Nasrani juga mengabarkan tentang datangnya seorang Nabi, yaitu Nabi Muhammad Saw. yang menyempurnakan agama kedua komunitas tersebut (QS. Ash-Shaf (61) ayat 6). Dengan demikian tampak jelas, bahwa kehadiran agama-agama Samawi (Yahudi, Nasrani dan Islam) ditengah-tengah umat manusia berlangsung dan diterima secara berangsur-angsur. Begitu pula dengan adanya penegasan yang otentik dari Al-Qur’an, bahwa Tuhan umat Islam dan Tuhan ahli Kitab adalah tidak berbeda. Penegasan ini mucul setelah didahului dengan pesan bahwa janganlah kaum muslim berbantah dengan mereka, melainkan dengan cara yang lebih baik, kecuali terhadap mereka yang zhalim (QS. Al-‘Ankabut (29) ayat 46), (QS. Asy-Syura’ (42) ayat 15). 

Penjelasan Al-Qur’an ini membuktikan bahwa agama Ahli Kitab berkesinambungan akidah dan sumber yang sama denga Islam. Nabi Musa as dan Nabi Isa as beserta kitab-kitab sucinya pun dimasukkan sebagai bagian dari keimanan bagi umat Islam. Mengingkari keberadaan Musa dan Isa sebagai Nabi dan Rasul-Nya serta Taurat dan Injil sebagai kitab-kitab suci-Nya maka keimanan seseorang dapat dinyatakan tidak sempurna dan bahkan dapat dikategorikan sebagai keluar dari Islam (Kufr). Islam bahkan memberikan keitimewaan khusus kepada agama Yahudi dan Nasrani. Kehormatan yang diberikan Islam kepada Yahudi dan Nasrani bukanlah sekedar basa-basi, tetapi merupakan suatu pengakuan terhadap keberadaan dan kebenaran kedua agama tersebut. Dan bahkan kedudukan sah Yahudi dan Nasrani tidak hanya bersifat sosio-politis, cultural ataupun peradaban, tetapi juga bersifat keagamaan—seperti diakui sendiri oleh Al-Qur’an. Tegasnya, kedua agama ini menduduki posisi yang distingtif dalam ajaran Islam itu sendiri (Azra, 1999: 34). Dengan demikian jelas dan wajar bila Islam mengakui hak hidup orang agama lain dan membenarkan ajaran-ajaran agama masing-masing. Disinilah letak dasar ajaran Islam mengenai toleransi (Tasaamuh) beragama. 

III. PENUTUP 
Demikianlah makalah ini kami buat, bahwa agama Islam dan Yahudi merupakan agama Samawi yang saling mendukung terhadap eksistensi kedua agama tersebut. Semoga dengan makalah ini bisa memberikan kontribusi penting untuk merajut solidaritas, dialog dan kerukunan antarumat beragama. 

IV. DAFTAR PUSTAKA

Bleeker, C. J. Pertemuan Agama-Agama Dunia. Jakarta: Sumur Bandung, 1963. 

Hermawati, Sejarah Agama & Bangsa Yahudi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005. 

Iqbal, Asep Muhammad. Yahudi & Nasrani dalam Al-Qur’an; Hubungan Antar Agama Menurut Syaikh Nawawi Banten. Jakarta: Teraju, 2004. 

Rifa’i, Moh. Perbandingan Agama. Semarang: Wicaksana, 1980. 

Shalaby, Ahmad. Perbandingan Agama. Jakarta: Bumi Aksara, 1996. 

Thalhas, T. H. Pengantar Studi Ilmu Perbandingan Agama. Jakarta: Galura Pase, 2006.

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts